Rabu, 30 Juli 2008

Sutra bhakti seorang anak part III

Sang Buddha berkata kepada ananda, “Bila Aku merenung tentang mahluk-mahluk hidup, Aku melihat bahwa sekalipun mereka dilahirkan sebagai manusia, mereka adalah bodoh dan dungu dalam pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan mereka. Mereka tidak mempertimbangkan kebaikan dan kebajikan orang tua mereka. Mereka tidak menghormati dan melupakan kebaikan dan apa yang benar. Mereka kurang manusiawi dan kurang berbakti ataupun patuh pada orang tua.”

Selama sepuluh bulan ibu mengandung anak, dia merasakam kesusahan setiap kali dia bangun, seolah-olah ia mengangkat beban yang berat. Bagai seorang cacat yang parah, dia tak mampu menelan makanan dan minuman. Bila waktu sepuluh bulan telah berlalu dan waktu melahirkan telah datang, dia menderita segala macam kesakitan dan penderitaan supaya anak dapat dilahirkan. Dia takut akan kematiannya, seperti seekor babi atau domba menunggu untuk disembelih. Kemudiaan darah mengalir diatas tanah. Inilah penderitaan-penderitaan yang dialaminya.

Setelah anak lahir, dia menyimpan apa yang manis untuk anak dan menelan yang pahit bagi dirinya sendiri. Dia menggendong anak dan memberinya makan serta membersihkan kotorannya. Tiada pekerjaan atau kesukaran yang tidak bersedia ia kerjakan demi kepentingan anaknya. Dia menahan baik rasa dingin dan panas dan tiada pernah menyebutkan apa yang telah dialaminya. Dia memberikan tempat yang kering untuk anaknya dan ia sendiri di tempat yang lembab, selama tiga tahun dia memberi makan anak dengan susu yang adalah darah badannya sendiri.


Orang tua terus-menerus mengajar dan membimbing anak-anaknya tentang apa yang patut dan bermoral, selama anak tumbuh menjadi dewasa. Mereka mengatur perkawinan bagi anak-anaknya dan menyediakan harta benda dan kekayaan atau mengusahakan cara-cara untuj mendapatkannya bagi anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab dan bersusah-susah sendiri dengan kerja dan semangat yang besar, dan tiada pernah membicarakan kasih sayang dan kebaikan mereka.

Bila putra atau putrinya sakit, orangtua khawatir dan takut sehingga mereka sendiri mungkin jatuh sakit. Mereka berada di samping anak,terus-menerus menjaganya dan hanya bila anak sembuh orangtua menjadi gembira kembali. Dengan cara ini, mereka menjaga dan membesarkan anak-anaknya dengan harapan yang terus-menerus bahwa keturunan mereka akan segera menjadi dewasa.

Alangkah sedihnya bila acap kali ank-anaknya justru tidak berbakti, sebagai balasannya bila berbicara dengan sanak saudaranya yang seharusnya mereka hormati, anak-anak tidak mau menunjukkan kepatuhan mereka. Ketika seharusnya mereka bersikap hormat, mereka malah tidak mau bertingkah laku baik. Mereka mendelik kepada orang yang seharusnya mereka segani dan menghina paman-paman dan bibi-bibi mereka. Mereka memarahi saudara-saudaranya dan menghancurkan perasaan kekeluargaan yang ada diantara mereka. Anak-anak seperti itu tidak mempunyai rasa hormat atau perasaan yang patut.

Anak-anak mungkin bisa diajar dengan baik, tetapi mereka tetap tidak berbakti, mereka tidak akan memperdulikan pengajaran atau mematuhi aturan-aturan. Jarang sekali mereka menuruti bimbingan orang tua mereka. Mereka menentang dan membangkang bila bergaul dengan saudara-saudara mereka. Mereka datang dan pergi dari rumah tanpa memberitahu kepada orangtua. Kata-kata dan tindakan-tindakannya sangat sombong dan mereka bertindak tiba-tiba tanpa membicarakannya dengan yang lainnya. Anak-anak demikian tidak mengacuhkan teguran-teguran dan hukuman-hukuman yang dibuat oleh orangtuanya dan tidak memperdulikan peringatan-peringatan paman-paman mereka. Tetapi mereka belum matang (dewasa) dan selalu perlu diperhatikan dan dilindungi oleh orang yang lebih tua.

Sebagaimana anak-anak demikian makin besar, mereka menjadi keras kepala dan tidak bisa diatur. Mereka sama sekali tidak berterima kasih dan betul-betul melawan. Mereka menantang dan penuh kebencian, membuang keluarga dan kawan-kawan mereka. Mereka berteman dengan orang-orang jahat da segera meniru kebiasaan-kebiasaan jahat mereka. Mereka menganggap yang salah adalah benar.

Anak-anak yang demikian mungkin duplikat kawannya untuk meninggalkan keluarganya dan lari untuk hidup di kota lain, dan dengan demikian tidak mengaku orangtuanya, serta meninggalkan kota tempat lahir mereka. Mereka mungkin menjadi pedagang atau pegawai negeri yang hidup dengan jemu dalam kesenangan dan kemewahan. Mereka mungkin kawin dengan tergesa-gesa dan ikatan baru ini bahkab merupakan halangan lain yang semakin menghalangi mereka kembali ke rumah untuk waktu yang lama.

Atau, ketika mencvoba hidup di kota lain, anak-anak ini tidak hati-hati dan mendapati dirinya difitnah atau dituduh berbuat jahat. Mereka mungkin dipenjarakan dengan tidak adil. Atau mereka jatuh sakit dan terlibat dalam malapetaka atau kesukaran-kesukaran, terkena ppenderitaan kemiskinan yang hebat, kelaparan dan kurus kering. Tetapi tak aka nada orang yang memperhatikan mereka. Karena dibenci dan tak disukai orang-orang lain, mereka akan disia-siakan dijalan. Dalam keadaan demikian, hidup mereka akan berakhir. Tak seorangpun yang bersusah payah mencoba menolong mereka. Badan mereka membengkak, membusuk, hancur dan terkena matahari, serta berterbangan dihembus angin. Tulang-tulang putih hancur sama sekali dan bertebaran. Ketika anak-anak ini mati si tempat kotor di kota lain, mereka tidak akan berkumpul kembali dengan gembira bersama sanak saudara atau keluarga. Juga mereka tidak akan pernah tahu bagaimana orangtua mereka yang makin tua menangisi dan cemas tentang mereka. Orangtua mungkin menjadi buta karena menangis atau menjadi sakit karena putus asa dalam kesedihan yang amat sangat. Terus menerus mengingat anak-anaknya, mereka mungkin meninggal tetapi bahkan tatkala menjadi hantu sekalipun, jiwa mereka tetap mengingatnya dan tak dapat melupakannya.

Anak-anak tidak berbakti lainnya mungkin tidak ada keinginan untuk belajar, tetapi sebagai gantinya tertarik akan ajaran-ajaran aneh dan ganjil. Anak-anak demikian mungkin menjadi jahat, kasar dan keras kepala, menyenangi perbuatan-perbuatan yang sama sekali tidak menguntungkan. Mungkin mereka terlibat dalam perkelahian dan pencurian, membuat diri mereka bertentangan dengan aturan hidup karena minum-minum dan berjudi. Seolah-olah kejahatan mereka tidak cukup, mereka menarik saudara-saudaranya ikut berbuat jahat sehingga menambah kesedihan orangtua mereka.

Kalaupun anak-anak yang demikian itu tinggal dirumah, mereka meninggalkan rumah pagi-pagi sekali dan tidak kembali sampai jauh malam. Tidak pernah mereka menanyakan kesejahteraan orangtuanya atau memastikan apakah mereka tidak menderita panas atau dingin. Mereka tidak menanyakan kesehatan orangtua mereka di waktu pagi atau di sore hari, bahkan juga tidak pada hari pertama atau kelima belas dari penanggalan bulan (candra sengkala). Sebenarnya tidak pernah terpikir oleh anak-anak yang tidak berbakti ini untuk menanyakan apakah orangtua mereka dapat tidur nyenyak dan beristirahat dengan tenang. Anak-anak yang demikian memang sama sekali tidak memperhatikan kesehatan orangtuanya. Bila orangtuanya mereka menjadi tua dan rupanya makin lama makin renta dan kurus, mereka dibuat merasa malu di depan umum dan diejek serta diganggu.

Tidak ada komentar: