Kamis, 10 Juli 2008

Apakah agama Buddha menyembah berhala?

Ini pengertian yang salh besar. Masalah ini sudah sering kali dibahas, namun tetap saja muncul pertanyaan tersebut. mari kita sama-sama membahasnya dengan cobtoh yang gampang. ada tidaknya media patung bukanlah syarat mutlak untuk kita mempelajari dan menjalani agama Buddha. patung-patung itu hanya media saja untuk kita. Belum tentu bentuk Para Suci tersebut seperti bentuk yang kita lihat pada patung tersebut. sesungguhnya Buddha dan Para Boddhisatva yang ada di hati serta pikiran kita. Dikatakan menyembah berhala adalah tidak benar. Mungkin semasa kita bersekolah, setiap hari senin atau hari-hari besar tertentu kita mengikuti upacara bendera di sekolah, ketika kita diminta menghormati bendera, semua tampak khusyuk. Apakah negara kita cuma secarik kain tersebut? Tentunya tidak itu hanya lambang. Demikian juga patung atau rupang yang kita sembah itu juga lambang atau media.

Ada sebuah cerita, dimana terdapat seorang pemuda yang hendak menyumbang patung Buddha dari kayu yang dibuatnya untuk dipersembahkan di sebuah vihara kecil di puncak gunung, setengah perjalanan tiba-tiba terjadi badai angin dan salju, pemuda tersebut sangat kedinginan, dia harus membakar patung kayu tersebut, apakah hal itu boleh dia lakukan? Tentu saja boleh, karena patung kayu itu bukanlah Buddha sesungguhnya. Buddha yang sesungguhnya ada di hati dan pikiran. Sewaktu Sang Buddha hendak Parinibhana (wafat), para muridnya bertanya bagaimana cara mereka menghormati Sang Buddha, dengan tegas Sang Buddha menjawab : " laksanakan ajaran saya. Dengan melaksanakan Dharma, maka sama dengan kalian menghormati saya". Waktu itu Sang Buddha tidak menyuruh murid-muridNya membuat patung untuk disembah. Kehadiran patung-patung tersebut hanya menambah konsentrasi dan kekhusyukan kita. Kalau tanpa patung anda dapat bersembahyang dan melaksanakan Dharma dengan disiplin dan sungguh-sungguh, menurut saya anda telah mencapai tingkat kesucian yang tinggi.

Tidak ada komentar: