Minggu, 18 Mei 2008

sutra bakti seorang anak

Demikianlah yang aku dengar, suatu ketika Sang Buddha berdiam di shravasti, di hutan jeta, di taman pelindung anak-anak yatim piatu dan para pertapa, bersama-sama dengan sekumpulan mahabhiksu, yang seluruhnya berjumlah seribu dua ratus lima puluh, dan dengan semua Bodhisattva, jumlahnya tiga puluh delapan ribu semuanya.

Pada waktu itu, Sang Bhagava memimpin kumpulan besar itu dalam perjalanan menuju selatan. Tiba-tiba mereka menjumpai seonggok tulang manusia di samping jalan. Sang Bhagava berpaling menghampirinya, dan bersikap anjali dengan penuh hormat.

Ananda dengan bersikap anjali kemudian bertanya kepada Sang Bhagava, “Tathagata adalah guru agung dari Triloka dan bapak yang terkasih dari mahluk-mahluk yang berasal dari empat jenis kelahiran. Beliau dihormati dan di cintai seluruh umat. Apakah sebabnya kini beliau menghormati seonggok tulang-tulang kering?”. Sang Buddha berkata kepada Ananda , “Meskipun engkau adalah siswa-Ku yang utama dan telah cukup lama menjadi menjadi anggota Sangha, engkau masih belum mencapai pengertian yang jauh. Onggokan tulang itu mungkin adalah milik para leluhur pada kehidupan lampau. Mereka mungkin adalah orang tua-Ku dalam banyak kehidupan yang lalu. Itulah sebabnya sekarang Aku bersujud”. Sang Buddha melanjutkan pembicaraanNya kepada Ananda, “tulang –tulang yang kita lihat ini dapatlah dibagi menjadi dua kelompok. Yang satu adalah tulang-tulang lelaki yang berat dan bewarna putih. Sedangkan kelompok yang lainnya adalah tulang-tulang perempuan, yang ringan dan warnanya hitam.”

Ananda berkata kepada Sang Buddha, “duhai Sang Bhagava, sewaktu para lelaki masih hidup di dunia mereka menghiasi badan dengan jubah, pengikat pinggang, sepatu, topi dan pakaian –pakaian indah lainnya, sehingga mereka jelas-jelas nampak perkasa. Sedangkan ketika perempuan masih hidup, mereka mengenakan kosmetik, minyak wangi, bedak dan wangi-wngian yng menarik untuk menghiasi tubuh mereka, sehingga dengan jelas menampakan kewanitaanya. Namun tatkala para lelaki dan perempuan itu meninggal, semua yang tertinggal adalah tulang-tulang. Bagaimana seseorang dpat membedakannya? Ajarilah kami bagaimana membedakannya?”

Sang Buddha menjawab Ananda, “ketika para lelaki di dunia, mereka memasuki rumah ibadah, mendengarkan penjelasan-penjelasan tentang Sutra-sutra dan Vinaya, menghormayi Sang Triratna dan menyebut nama-nama Buddha. Tatkala mereka meninggal tulang-tulangnya menjadi berat dan putih warnanya. Kebanyakan perempuan dalam dunia mempunyai sedikit kebijaksanaan dan dipenuhi emosi. Mereka melahirkan dan membesarkan anak-anak, merasakannya sebagai kewajiban. Setiap anak bergantung pada air susu ibunya demi kehidupan dan makanan,dan susu adalah darah ibunya yang telah berubah. Setiap anak meminum seribu dua ratus gallon susu ibunya. Oleh karena penghisapan (penyedotan) dari badan ibu ini saat sang anak mengambil susu untuk makanannya, ibu menjadi letih dan menderita dan karenanya tulang-tulang mereka berubah menjadi hitam dan ringan.”

Ketika Ananda mendengar kata-kata ini, ia merasakan kepedihan dalam hatinya, karena seolah-olah telah tertusuk pedang dan karenanya ia diam-diam menangis. Ia mengatakan kepada Sang Bhagava, “Bagaimana caranya seseorang dapat membalas kasih dan kebaikan ibunya?.”

Sang Buddha mengatakan kepada Ananda, “Dengarkan baik-baik, dan Aku akan jelaskan hal ini kepadamu dengan terperinci. Janin tumbuh dalam kandungan selama sepuluh bulan perhitungan candra sengkala. Alangkah menderitanya ibu selama janin berada disitu! Pada bulan pertama kehamilan, hidup janin tidaklah menentu seperti titik embun pada daun yang kemungkinan tidak akan bertahan dari pagi hingga sore hari, tetapi akan menguap pada tengah hari!.”

“Pada bulan kedua, janin menjadi kental seperti susu kental. Pada bulan ketiga, ia seperti darah mengental. Pada bulan keempat, janin mulai terwujud sedikit manusia. Selama bulan kelima dalam kandungan, kelima anggota badan anak (dua kaki, dua tangan dan kepala) mulai terbentuk. Pada bulan keenam kehamilan, anak mulai mengembangkan inti keenam alat inderanya yaitu mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikiran. Selama bulan ketujuh, ke-tigaratus enam puluh tulang-tulang dan persendian terbentuk dan kedelapan puluh empat ribu pori-pori rambut juga telah sempurna. Dalam bulan kedelapan kehamilan, kecerdasan dan kesembilan lubang terbentuk. Pada bulan kesembilan, janin telah belajar menyerap berbagai zat makanan. Misalnya janin dapat menyerap sari buah-buahan, akar tanaman tertentu dan kelima macam padi-padian”.

Bagian dalam tubuh ibu adalah organ yang padat, untuk fungsi menyimpan, dan ia tergantung ke arah bawah, sedangkan organ dalam yang hampa, berguna untuk mengolah, dan ia melingkar kea rah atas. Ini disamakan dengan ketiga gunung yang terbit dari permukaan bumi. Kita boleh menyebut gunung-gunung ini puncak semeru, gunung karma, gunung darah. Gunung-gunung analogi ini bersatu dan membentuk satu gugusan dengan puncak-puncak kesebelah atas dan lembah-lembah ke sebelah bawah. Begitu jugalah, pembekuan darah ibu dari organ-organ dalamnya membentuk zat tunggal yang menjadi makanan anak. Selama bulan kesepuluh kehamilan, badan janin disempurnakan dan siap untuk dilahirkan. Bila anak itu sangat berbakti, dia akan lahir dengan telapak tangannya disatukan sebagai tanda menghormat dan kelahiran itu akan aman dan baik.ibunya tidak akan terluka oleh kelahiran itu dan tidak akan menderita kesakitan. Tetapi, bila anak itu sangat pemberontak sifatnya hingga melakukan kelima perbuatan jahat*), maka dia akan merusak kandungan ibunya, mengoyak jantung dan hati ibunya, akan tersangkut di tulang-tulang ibunya. Kelahiran itu akan seperti sayatan seribu pisau atau seperti seribu pedang tajam menikam jantungnya. Itulah kesakitan-kesakitan yang terjadi dalam kelahiran anak nakal dan yang pembangkang,

Untuk menjelaskan lebih jelas, ada sepuluh jenis kebaikan yang diperbuat ibu kepada anaknya:

Pertama, kebaikan didalam memberikan perlindungan dan penjagaan selama anak dalam kandungan.

Kedua, kebaikan dalam menanggung penderitaan selama kelahiran.

Ketiga, kebaikan untuk melupakan semua kesakitan begitu anak telah dilahirkan.

Keempat, kebaikan dari memakan bagian yang pahit bagi dirinya dan menyimpan bagian yang manis bagi anak.

Kelima, kebaikan untuk memindahkan anak ke tempat yang kering dan dirinya sendiri berbaring di tempat yang basah.

Keenam, kebaikan menyusukan anak pada payudaranya dan memberi makan dan membesarkan anak.

Ketujuh, kebaikan dalam membersihkan yang kotor.

Kedelapan, kebaikan dari selalu memikirkan anak bila dia berjalan jauh.

Kesembilan, kebaikan karena kasih saying yang dalam dan pengabdian.

Kesepuluh, kebaikan karena rasa welas asih yang dalam dan simpati