Rabu, 30 Juli 2008

Sutra bhakti seorang anak part III

Sang Buddha berkata kepada ananda, “Bila Aku merenung tentang mahluk-mahluk hidup, Aku melihat bahwa sekalipun mereka dilahirkan sebagai manusia, mereka adalah bodoh dan dungu dalam pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan mereka. Mereka tidak mempertimbangkan kebaikan dan kebajikan orang tua mereka. Mereka tidak menghormati dan melupakan kebaikan dan apa yang benar. Mereka kurang manusiawi dan kurang berbakti ataupun patuh pada orang tua.”

Selama sepuluh bulan ibu mengandung anak, dia merasakam kesusahan setiap kali dia bangun, seolah-olah ia mengangkat beban yang berat. Bagai seorang cacat yang parah, dia tak mampu menelan makanan dan minuman. Bila waktu sepuluh bulan telah berlalu dan waktu melahirkan telah datang, dia menderita segala macam kesakitan dan penderitaan supaya anak dapat dilahirkan. Dia takut akan kematiannya, seperti seekor babi atau domba menunggu untuk disembelih. Kemudiaan darah mengalir diatas tanah. Inilah penderitaan-penderitaan yang dialaminya.

Setelah anak lahir, dia menyimpan apa yang manis untuk anak dan menelan yang pahit bagi dirinya sendiri. Dia menggendong anak dan memberinya makan serta membersihkan kotorannya. Tiada pekerjaan atau kesukaran yang tidak bersedia ia kerjakan demi kepentingan anaknya. Dia menahan baik rasa dingin dan panas dan tiada pernah menyebutkan apa yang telah dialaminya. Dia memberikan tempat yang kering untuk anaknya dan ia sendiri di tempat yang lembab, selama tiga tahun dia memberi makan anak dengan susu yang adalah darah badannya sendiri.


Orang tua terus-menerus mengajar dan membimbing anak-anaknya tentang apa yang patut dan bermoral, selama anak tumbuh menjadi dewasa. Mereka mengatur perkawinan bagi anak-anaknya dan menyediakan harta benda dan kekayaan atau mengusahakan cara-cara untuj mendapatkannya bagi anak-anak mereka. Mereka bertanggung jawab dan bersusah-susah sendiri dengan kerja dan semangat yang besar, dan tiada pernah membicarakan kasih sayang dan kebaikan mereka.

Bila putra atau putrinya sakit, orangtua khawatir dan takut sehingga mereka sendiri mungkin jatuh sakit. Mereka berada di samping anak,terus-menerus menjaganya dan hanya bila anak sembuh orangtua menjadi gembira kembali. Dengan cara ini, mereka menjaga dan membesarkan anak-anaknya dengan harapan yang terus-menerus bahwa keturunan mereka akan segera menjadi dewasa.

Alangkah sedihnya bila acap kali ank-anaknya justru tidak berbakti, sebagai balasannya bila berbicara dengan sanak saudaranya yang seharusnya mereka hormati, anak-anak tidak mau menunjukkan kepatuhan mereka. Ketika seharusnya mereka bersikap hormat, mereka malah tidak mau bertingkah laku baik. Mereka mendelik kepada orang yang seharusnya mereka segani dan menghina paman-paman dan bibi-bibi mereka. Mereka memarahi saudara-saudaranya dan menghancurkan perasaan kekeluargaan yang ada diantara mereka. Anak-anak seperti itu tidak mempunyai rasa hormat atau perasaan yang patut.

Anak-anak mungkin bisa diajar dengan baik, tetapi mereka tetap tidak berbakti, mereka tidak akan memperdulikan pengajaran atau mematuhi aturan-aturan. Jarang sekali mereka menuruti bimbingan orang tua mereka. Mereka menentang dan membangkang bila bergaul dengan saudara-saudara mereka. Mereka datang dan pergi dari rumah tanpa memberitahu kepada orangtua. Kata-kata dan tindakan-tindakannya sangat sombong dan mereka bertindak tiba-tiba tanpa membicarakannya dengan yang lainnya. Anak-anak demikian tidak mengacuhkan teguran-teguran dan hukuman-hukuman yang dibuat oleh orangtuanya dan tidak memperdulikan peringatan-peringatan paman-paman mereka. Tetapi mereka belum matang (dewasa) dan selalu perlu diperhatikan dan dilindungi oleh orang yang lebih tua.

Sebagaimana anak-anak demikian makin besar, mereka menjadi keras kepala dan tidak bisa diatur. Mereka sama sekali tidak berterima kasih dan betul-betul melawan. Mereka menantang dan penuh kebencian, membuang keluarga dan kawan-kawan mereka. Mereka berteman dengan orang-orang jahat da segera meniru kebiasaan-kebiasaan jahat mereka. Mereka menganggap yang salah adalah benar.

Anak-anak yang demikian mungkin duplikat kawannya untuk meninggalkan keluarganya dan lari untuk hidup di kota lain, dan dengan demikian tidak mengaku orangtuanya, serta meninggalkan kota tempat lahir mereka. Mereka mungkin menjadi pedagang atau pegawai negeri yang hidup dengan jemu dalam kesenangan dan kemewahan. Mereka mungkin kawin dengan tergesa-gesa dan ikatan baru ini bahkab merupakan halangan lain yang semakin menghalangi mereka kembali ke rumah untuk waktu yang lama.

Atau, ketika mencvoba hidup di kota lain, anak-anak ini tidak hati-hati dan mendapati dirinya difitnah atau dituduh berbuat jahat. Mereka mungkin dipenjarakan dengan tidak adil. Atau mereka jatuh sakit dan terlibat dalam malapetaka atau kesukaran-kesukaran, terkena ppenderitaan kemiskinan yang hebat, kelaparan dan kurus kering. Tetapi tak aka nada orang yang memperhatikan mereka. Karena dibenci dan tak disukai orang-orang lain, mereka akan disia-siakan dijalan. Dalam keadaan demikian, hidup mereka akan berakhir. Tak seorangpun yang bersusah payah mencoba menolong mereka. Badan mereka membengkak, membusuk, hancur dan terkena matahari, serta berterbangan dihembus angin. Tulang-tulang putih hancur sama sekali dan bertebaran. Ketika anak-anak ini mati si tempat kotor di kota lain, mereka tidak akan berkumpul kembali dengan gembira bersama sanak saudara atau keluarga. Juga mereka tidak akan pernah tahu bagaimana orangtua mereka yang makin tua menangisi dan cemas tentang mereka. Orangtua mungkin menjadi buta karena menangis atau menjadi sakit karena putus asa dalam kesedihan yang amat sangat. Terus menerus mengingat anak-anaknya, mereka mungkin meninggal tetapi bahkan tatkala menjadi hantu sekalipun, jiwa mereka tetap mengingatnya dan tak dapat melupakannya.

Anak-anak tidak berbakti lainnya mungkin tidak ada keinginan untuk belajar, tetapi sebagai gantinya tertarik akan ajaran-ajaran aneh dan ganjil. Anak-anak demikian mungkin menjadi jahat, kasar dan keras kepala, menyenangi perbuatan-perbuatan yang sama sekali tidak menguntungkan. Mungkin mereka terlibat dalam perkelahian dan pencurian, membuat diri mereka bertentangan dengan aturan hidup karena minum-minum dan berjudi. Seolah-olah kejahatan mereka tidak cukup, mereka menarik saudara-saudaranya ikut berbuat jahat sehingga menambah kesedihan orangtua mereka.

Kalaupun anak-anak yang demikian itu tinggal dirumah, mereka meninggalkan rumah pagi-pagi sekali dan tidak kembali sampai jauh malam. Tidak pernah mereka menanyakan kesejahteraan orangtuanya atau memastikan apakah mereka tidak menderita panas atau dingin. Mereka tidak menanyakan kesehatan orangtua mereka di waktu pagi atau di sore hari, bahkan juga tidak pada hari pertama atau kelima belas dari penanggalan bulan (candra sengkala). Sebenarnya tidak pernah terpikir oleh anak-anak yang tidak berbakti ini untuk menanyakan apakah orangtua mereka dapat tidur nyenyak dan beristirahat dengan tenang. Anak-anak yang demikian memang sama sekali tidak memperhatikan kesehatan orangtuanya. Bila orangtuanya mereka menjadi tua dan rupanya makin lama makin renta dan kurus, mereka dibuat merasa malu di depan umum dan diejek serta diganggu.

Sabtu, 19 Juli 2008

5 Prinsip hidup Budhist terkenal dengan Pancasila

1. Hindari membunuh mahkluk hidup
2. Hindari mencuri
3. Hindari berzinah
4. Hindari Berbohong
5. Hindari minum-minuman keras atau zat adiktif

Selasa, 15 Juli 2008

Apakah sembahyang Avolokitesvara Boddhisattva (Kwan Im Hud Co) itu tidak boleh makan sapi ?

Ketika ditanya kenapa ? sebagian orang selalu mengatakan bahwa sapi atau kerbau itu adalah jelmaan dari orang tua Kwan Im Hud Co. pengertian salah besar ini sudah ada turun-temurun. Memang dalam legenda Miao Shan, diceritakan ayahanda Kwan Im Hud Co ketika masih sebagai manusia, dianggap jahat karena menghalangi niat Kwan Im Hud Co untuk bertapa menyucikan diri, segala cara ditempuh untuk hal itu. Ketika ayahandanya meninggal dan bereinkarnasi kembali ke dunia menjadi sapi. Lantas secara logika, apakah kita harus menyembah atau menghormati setiap sapi yang ada ? itu pengertian salah yang amat sangat menyesatkan.

Kita yang bersembahyang dan memuja Kwan Im Hud Co harus mengerti bahwa Kwan Im Hud Co adalah Maha Boddhisattva yang sangat terkenal dengan sifat welas asihnya dan merupakan Maha Boddhisattva yang paling popular di seluruh dunia. Kwan Im Hud Co sampai rela bersumpah tidak dapat mencapai ke-Buddha-an, karena setiap detik, setiap saat selalu manusia datang memohon dan meminta tolong terus menerus. Karena sifat Welas Asih yang tak tebatas itu, kitapun harus belajar memiliki sifat welas asihnya. Sapi (termasuk para binatang lainnya) adalah binatang yang sesungguhnya sangat menderita. Ketika muda, disuruh dan dipaksa membajak sawah, menarik gerobak, tanpa memikirkan dia haus, lapar, lelah dan sakit. Hasilnya kita yang menikmati. Susu yang sesungguhnya untuk dikonsumsi anaknya pun kita ambil tanpa permisi untuk diminum, setelah menjadi agak tua dan tak bertenaga, lantas kita bunuh untuk dimakan. Dimanakah letak rasa welas asih kita seperti yang kita ingin mencontoh dari Kwan Im Hud Co ?

Minggu, 13 Juli 2008

Mengapa agama Buddha itu lahir di India tetapi kurang berkembang ?

Agama Buddha memaang lahir kembali di India melalui pembabaran Buddha Dharma yang tanpa kenal lelah dari Sakyamuni Buddha (Pangeran Siddharta dulunya). Sebuah pengorbanan yang maha agung pada suatu tempat yang memiliki kasta-kasta atau tingkatan sosial yang berbeda.bagaimanapun kita sebagai manusia masih memiliki rasa ego yang sangat domiinan, apalagi zaman Sakyamuni Buddha, siapa yang mau tingkatan sosial yang tinggi disamakan dengan tingkatan sosial yang rendah. Mereka tentu akan mempertahankan status sosial tersebut dan memilih tidak mau mengikuti ajaran Buddha yang menyamakan-ratakan semua tingkatan pada manusia. Berkembang tidak suatu agama tidak dapat dinilai dari tempat di mana agama tersebut mulai muncul, tetapi kenyataannya agama Buddha berkembang pesat ke daratan Tiongkok, sewaktu dibawa oleh Sang Boddhidharma (Tat Mo Co Su), sama seperti kita yang mungkin bukan lahir pada tempat atau kota yang sekarang kita pijak, nyatanya kita sudah berkembang disini.

Jadi perkembangan agama Buddha jangan dilihat dari tempat asal munculnya secara pikiran sempit, tapi perkembangannya yang meluas ke seluruh dunia, terutama ke Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat adalah sebuah Negara yang telah merdeka kurang lebih 200 tahun dan telah mengalami berbagai perkembangan kehidupan dari zaman barbar ke Negara demokrasi terbesar. Kehidupan bebas sudah menjadi hal yang biasa. Pada saat kita baru berbicara soal kebebasan, saat ini banyak orang Amerika yang telah menikmati kebebasan memilih menjalani kehidupan sesuai Dharma, karena kebebasan yang mereka jalankan selama ini tidaklah membawa kebahagiaan, bahkan kekosongan jiwa. Dengan “back to nature”, membuktikan agama Buddha tersebut cocok untuk siapa saja dan bersifat universal.

Kamis, 10 Juli 2008

Apakah agama Buddha menyembah berhala?

Ini pengertian yang salh besar. Masalah ini sudah sering kali dibahas, namun tetap saja muncul pertanyaan tersebut. mari kita sama-sama membahasnya dengan cobtoh yang gampang. ada tidaknya media patung bukanlah syarat mutlak untuk kita mempelajari dan menjalani agama Buddha. patung-patung itu hanya media saja untuk kita. Belum tentu bentuk Para Suci tersebut seperti bentuk yang kita lihat pada patung tersebut. sesungguhnya Buddha dan Para Boddhisatva yang ada di hati serta pikiran kita. Dikatakan menyembah berhala adalah tidak benar. Mungkin semasa kita bersekolah, setiap hari senin atau hari-hari besar tertentu kita mengikuti upacara bendera di sekolah, ketika kita diminta menghormati bendera, semua tampak khusyuk. Apakah negara kita cuma secarik kain tersebut? Tentunya tidak itu hanya lambang. Demikian juga patung atau rupang yang kita sembah itu juga lambang atau media.

Ada sebuah cerita, dimana terdapat seorang pemuda yang hendak menyumbang patung Buddha dari kayu yang dibuatnya untuk dipersembahkan di sebuah vihara kecil di puncak gunung, setengah perjalanan tiba-tiba terjadi badai angin dan salju, pemuda tersebut sangat kedinginan, dia harus membakar patung kayu tersebut, apakah hal itu boleh dia lakukan? Tentu saja boleh, karena patung kayu itu bukanlah Buddha sesungguhnya. Buddha yang sesungguhnya ada di hati dan pikiran. Sewaktu Sang Buddha hendak Parinibhana (wafat), para muridnya bertanya bagaimana cara mereka menghormati Sang Buddha, dengan tegas Sang Buddha menjawab : " laksanakan ajaran saya. Dengan melaksanakan Dharma, maka sama dengan kalian menghormati saya". Waktu itu Sang Buddha tidak menyuruh murid-muridNya membuat patung untuk disembah. Kehadiran patung-patung tersebut hanya menambah konsentrasi dan kekhusyukan kita. Kalau tanpa patung anda dapat bersembahyang dan melaksanakan Dharma dengan disiplin dan sungguh-sungguh, menurut saya anda telah mencapai tingkat kesucian yang tinggi.

Rabu, 09 Juli 2008

Sutra bhakti seorang anak part II

1. kebaikan didalam memberikan perlindungan dan penjagaan selama anak didalam kandungan

Sebab-sebab dan kondisi-kondisi dari banyak kalpa yang terkumpul bertumbuh menjadi berat, sehingga dalam hidup ini anak berakhir dalam kandungan ibunya. Dengan berlalunya bulan, kelima organ penting berkembang; Dalam waktu tujuh minggu, keenam alat indera mulai tumbuh, badan ibu menjadi seberat gunung. Diamnya dan gerakan-gerakan janin adalah laksana bencana angin kalpic. Baju-baju ibu yang cantik tidak dapat dipakai baik lagi dan begitu juga cerminnya-pun berdebu.

2. kebaikan dalam menanggung derita selama kehamilan

Kehamilan berlangsung selama sepuluh bulan penanggalan candra sengkala dan puncaknya ialah kesulitan dengan semakin dekatnya kelahiran. Sementara itu, setiap pagi ibu merasa sangat sakit. Dan sepanjang hari terasa mengantuk dan lamban. Ketakutan dan kegelisahannya sukar dilukiskan. Kesedihan dan airmata memenuhi dadanya. Dia dengan khawatir mengatakan kepada keluarganya, bahwa ia hanya takut maut akan menimpa dirinya.

3. kebaikan untuk melupakan semua kesakitan begitu anak telah lahir

Pada saat ibu akan melahirkan anak, kelima organ tubuh terbuka lebar. Menyebabkan dia sangat letih dalam badan dan pikiran. Darah mengalir laksana seekor domba yang disembelih. Tetapi, ketika mendengar anaknya terlahir sehat, dia dipenuhi dengan kegembiraan yang melimpah. Tetapi sesudah kegembiraan, kesedihan datang kembali dan rasa sakit kembali mengaduk-aduk bagian dalam tubuhnya.

4. kebaikan dari memakan bagian yang pahit bagi dirinya dan menyimpan bagian yang manis untuk anaknya

Kebaikan kedua orang tua sangat besar dan dalam. Penjagaan dan pengabdiannya tidak pernah berhenti. Tidak pernah beristirahat, ibu senantiasa menyimpan yang manis untuk anak dan tanpa mengeluh menelan yang pahit bagi dirinya. Cintanya amat besar dan emosinya sukar tertahankan. Kebaikannya adalah mendalam dan begitu juga kasihnya. Hanya menginginkan anak mendapat cukup makanan. Ibu yang kasih tidak membicarakan kelaparannya sendiri.

5. kebaikan untuk memindahkan anak ke tempat yang kering dan dirinya sendiri di tempat yang basah

Ibu rela berada di tempat yang basah agar dengan demikian anak berada ditempat yang kering. Dengan kedua payudarany dia memuaskan rasa lapar dan haus sang anak; Menutupi dengan kainnya, dia melindungi anak dari angin dan dingin. Dalam kebaikannya, kepada ibu jarang lega diatas bantal dan bahkan ia melakukannya dengan gembira selama anak dapat merasa senang. Ibu yang baik tidak mencari penghiburan bagi dirinya sendiri.

6. kebaikan menyusui anak pada payudaranya dan memberi makan serta memelihara anak

Ibu yang baik adalah bagaikan bumi yang besar. Ayah yang tegar laksana langit yang mengasihi. Yang satu melindungi dari atas, yang lainnya menunjang dari bawah. Kebaikan orang tua adalah sedemikian rupa sehingga mereka tidak membenci atau marah terhadap anaknya dan tetap menyukainya, sekalipun anak terlahir lumpuh. Sesudah ibu mengandung anak dalam kandungannya dan melahirkannya, orang tua bersama-sama memelihara dan melindunginya sampai akhir hayatnya.

7. kebaikan dari membersihkan yang kotor

Mula-mula ibu mempunyai wajah yang cantik dan tubuh yang indah. Semangatnya kuat dan bergelora. Alis matanya seperti daun willow hijau yang segar dan warna kulitnya bagaikan mawar merah jambu. Tetapi kebaikan ibu begitu mendalam sehingga dia melepaskan wajah yang cantik. Sekalipun mencuci yang kotor merusak badannya. Ibu yang baik bertindak hanya demi untuk kepentingan putra-putrinya. Dan dengan rela menerima kecantikannya yang memudar.

8. kebaikan dari selalu memikirkan anak bila dia berjalan jauh

Kematian dari orang yang dicintai sukar terlukiskan penderitaanya. Tetapi berpisah dari yang dikasihi juga sangat menyakitkan. Bila anak berjalan jauh, ibu merasa khawatir di kampungnya. Dari pagi hingga malam, hatinya selalu bersama anaknya dan airmata berderai jatuh dari matanya. Seperti monyet menangis diam-diam, demikian dalam cinta seorang ibu pada anaknya. Sedikit demi sedikit hatinya hancur.

9. kebaikan karena kasih saying yang dalam dan pengabdian

Alangkah besarnya kebaikan orang tua dan gejolak emosinya! Kebaikannya mendalam dan sukar membalasnya. Dengan rela mereka menderita untuk kepentingan anaknya. Bila anaknya bekerja berat, orangtua pun merasa tidak senang. Bila mereka mendengar bahwa dia berjalan jauh, mereka khawatir bahwa pada waktu malam sang anak berbaring kedinginan. Bahkan kesakitan yang di derita putra-putrinya, akan menyebabkan orangtua lama bersusah hati.

10. kebaikan dari rasa welas asih yang dalam dan simpati

Kebaikan orang tua adalah besar dan penting. Perhatiannya yang lemah lembut tidak pernah berhenti. Dari saat mereka bangun tiap pagi, pikiran mereka adalah pada anaknya. Apakah anak-anak dekat atau jauh, orangtua selalu memikirkan mereka. Sekalipun seorang ibu hidup untuk seratus tahun, dia akan selalu mengkhawatirkan anaknya yang berumur delapan puluh tahun. Inginkah anda nengetahui bilakah kebaikan dan cinta yang demikian itu berakhir? Ia bahkan tidak pernah berkurang hingga akhir hidupnya.

Selasa, 08 Juli 2008

Cinta sejati

Cinta sejati benar-benar berbeda dengan 'cinta egois' yang penuh dengan nafsu untuk memiliki seperti yang biasa kita pikirkan. cinta sejati muncul dari pikiran yang terbuka, diliputi kasih sayang, bijaksana, tanpa aku, penuh toleransi dan tidak melekat.

memiliki cinta sejati sepanjang hidup kita

"Mempraktekkan Dharma berarti menumbuhkan perhatian kita kepada semua mahluk. singkatnya, kita mencoba mencitai semua orang"

Arti dari "kebebasan bagi semua kehidupan" adalah memenuhi diri dengan kasih sayang kepada semua mahluk sebagai ibu kita, bertekad menyelamatkan mereka. Inilah kasih sayang, sekaligus inti ajaran Buddha.

Cinta sejati bukanlah cinta yang timbul karena emosi, fisik, nafsu, posesif dan pembatasan yang mengakibatkan ketakutan dan penderitaan. Secara sederhana cinta sejati adalah pikiran pramakarsa. Peduli dengan semua mahluk, yang disebut "boddhicitta".

Kebijaksanaan Buddha berarti menggali kekuatan sejati dalam kehidupan cinta kita, kekuatan cinta, peduli dan melayani semua mahluk. C inta sejati termasuk juga rasa memaafkan, memaklumi, tidak pernah membenci atau acuh. Kita semua, umat awam memiliki hubungan suami istri, orang tua dan anak, kita harus menumbuhkan cinta sejati lewat hubungan itu, karena kita juga terikat pada cinta sejati.

Hal yang utama dalam Buddhisme, merubah cinta pribadi menjadi cinta yang agung, mengembangkan cinta yang terbatas menjadi tanpa batas, cinta yang luas. Singkatnya kita harus memberitahukan orang yang kita cintai "saya mencoba mencintai semua manusia. Semua mahluk yang tinggal bersama kamu, karena saya bisa mencintai kamu, saya yakin saya juga mempunyai kemampuan untuk mencintai semua orang. semua mahluk di dunia ini. Ini tujuan perkembangan cinta, pesan cinta"

Dalam kehidupan sehari-hari, dengan menghargai, kita akan menghargai apa yang kita miliki dan mengerti bahwa pengertian adalah dasar bagi cinta; mengerti adalah menyadari; sadar kalau rumah kita melindungi kita dari hujan, ibu atau istri memasak untuk kita, suami bekerja, anak-anak membuat kita mengerti kebahagiaan menjadi seorang ayah, atasan bagi karyawan kita. Begitu banyak hal ada di dunia, semua mahluk yang berbentuk bahkan yang tidak berbentuk, gedung-gedung. gunung-gunung, sungai-sungai, semuanya harus kita hargai.

Cinta sejati terdapat unsur tanggung jawab. Tanggung jawab muncul dari sikap menerima. Kesalahan orang lain berarti kesalahan kita juga. Buddha Sakyamuni merasa bertanggung jawab kepada semua mahluk. Setiap orang adalah mahluk yang paling dikasihi didalam hatiNya. Bagaimana mengekspresikan perasaan itu? Terimalah semua orang apa adanya, bukan kebaikan atau keburukan, coba bantu mereka untuk terbebas dari penderitaan dan mendapatkan kebahagiaan sejati. Ini adalah tanggung jawab yang paling penting, sehingga kita harus menumbuhkan tanggung jawab untuk peduli kepada semua mahluk secara adil.

Kita berdana untuk menolong orang miskin, menghadiri ceramah Dharma dan melimpahkan jasa-jasa baik kita kepada semua mahluk yang menderita di alam Dharma, ini adalah kebahagiaan yang didapat dari memberi. Bukan kebahagiaan yang sebenarnya jika kita menginginkan balasan. Tanpa kebahagiaan sejati, mustahil kita mampu merawat bibit kasih sayang. Pikiran yang suci dan bersih adalah akar bagi semua kebajikan dan perbuatan baik.